Pagi harinya Cakka mendapat telepon dari Bundanya ,
katanya sepulang sekolah dia harus menemui beliau dirumah besar , rumah
kediaman Ayah , Bunda dan kakek Cakka .
Perasaan
gue jadi gak enak gini ya . Batin Cakka setelah menerima
panggilan dari bundanya .
Seperti biasa , pagi-pagi Oik menyiapkan breakfast untuk mereka berdua .
Ketika Oik sedang memakai sepatu dan
Cakka mencuci piring bekas mereka tadi, Cakka membuka percakapan .
“Yang , pulang sekolah kita kerumah besar dulu ya .
Ada yang Bunda mau sampein katanya . “
“Hmmm ? kok tumben ya ? ada apa ya ? “ Jawab Oik
balik bertanya
“Aku juga gak tau , kita liat nanti aja . “ Jawab
Cakka yang telah selesai mencuci piring dan hendak mengambil backpack nya disalah satu kursi meja
makan kecil itu .
“Yuk , berangkat . “ Kata Cakka mengulurkan
tangannya pada Oik yang masih memakai sepatu .
“Oke , selesai . Yuk ! “ Jawab Oik dan membalas
uluran tangan Cakka , mereka berdua bergandengan menuju bagasi , dan terpisah
ketika menuju pintu mobil yang memang bersebrangan .
Sorenya
dirumah Besar
Ketika Cakka dan Oik sampai dihalam depan sebuah
rumah yang sangat besar dan mempunyai parkiran yang cukup luas dengan rumput
hijau subur disetiap sisinya , sudah ada sebuah mobil yang terparkir disana ,
yang jelas mobil itu bukan milik Ayah , Bunda maupun kakeknya . Cakka pun
semakin dibuat heran karena ada sebuah koper berukuran sedang didepan pintu .
Cakka dan Oik saling berpandangan ketika melihat
koper itu , dan Cakka pun mengangkat bahu sebagai jawaban bahwa dia juga tidak
tahu itu milik siapa .
“Agaaaaaaaaa ! “ Teriak seorang perempuan yang
seumuran dengan Cakka dan Oik tapi dia lebih muda 1 tahun , berlari menuruni
tangga dan menghampiri Cakka , langsung memeluknya . Oik yang melihatnya
sedikit terkejut dan menghasilakn tanda tanya besar di benaknya . siapa wanita ini ? pikirnya.
“Hey Nadya ! lo kapan balik ? “ Tanya Cakka membalas
pelukan wanita tadi , yang ternyata bernama Nadya .
“mmmm gak penting , yang penting gue kangen banget
sama lo ! “ Jawab Nadya melepaskan pelukan mereka dan mencubit kedua pipi Cakka
. Oik hanya berdiri mematung dan ikut tersenyum melihat kedua nya , meskipun
ada rasa sedikit cemburu menyeruak dalam hatinya . Cakka tersadar akan
keberadaraan Oik , yang sedikit mereka abaikan sedari tadi .
“Oh iya , Nad , kenalin ini Oik . Ik kenalin ini
Nadya . “
“Oik .. “ Oik tersenyum dan mengulurkan tangannya
untuk berkenalan
Awalnya Nadya diam dan hanya memandangi tangan Oik
yang terulur , menyadari Nadya tak bereaksi Cakka menyenggol bahunya pelan .
“Eh .. gue Nadya . “ Jawab Nadya ikut tersenyum juga
.
Ketika itu seorang
perempuan berumur 50 tahunan menghampiri mereka .
“Maaf den Cakka , mbak
Oik ,dan mbak Nadya sudah ditunggu ibu diruang keluarga .” Katanya sopan dengan
sedikit aksen jawa .
“Iya , Bik . Makasih ya
.” Jawab Cakka diikuti senyuman dari Oik sebagai tanda menghormati orang yang
lebih tua .
Setelah bibik pergi ,
Cakka memandang Oik dan Nadya bergantian .
“Yuk kita keatas ! “
Seru Cakka menggandeng tangan Oik , dan Oik tersenyum mengangguk memberi
isyarat pada Nadya . Nadya membalasnya dengan kikuk .
Cakka dan Oik berjalan
didepan Nadya , Nadya yang melihat Cakka dan Oik seperti itu merasa tak nyaman
.
Karena dulu , Cuma dia
yang bisa diperlakukan manis oleh Cakka seperti itu . Tapi sekarang ? Seorang
wanita yang baru dia kenal beberapa menit yang lalu telah menggantikan
posisinya . Sucks ! Gumamya
***
“ Oik ? sudah kenalan
dengan Nadya ? “ Tanya Bunda ketika mereka telah berkumpul disebuah ruangan
yang cukup besar beralaskan marmer dengan pajangan lukisan-lukisan dibeberapa
sudut dinding.
“Sudah Bund . “ Jawab
Oik sopan dan mendapat anggukan dari Bunda
“Nadya ini , adalah
anak Pak.Doni , tetangga dirumah lama kami di Yogyakarta . Waktu Cakka dan
Nadya Kecil , mereka selalu bermain bersama tak kenal waktu . Sulit dipisahkan
seperti kalo rambut kamu kena permen karet . “ Cerita Bunda menerawang
kebeberapa tahun yang lalu disertai senyuman .
Oik yang baru tahu cerita
ini mendengarkan dengan antusias dan sesekali tersenyum . Sedangkan Cakka dan
Nadya tersenyum simpul dan melemparkan ingatan mereka kebeberapa tahun yang
lalu ketika mereka kanak-kanak .
“Dulu tante juga ingat
Nad , pas kamu bilang sama papa dan mama kamu waktu kita barbecuean dirumah tante , kalo besar nanti kamu mau jadi pengantin
nya Cakka , ckck . “ Lanjut Bunda menggeleng-gelengkan kepala
“Tapi sayang , Cakka
udah pilih pengantinnya sendiri . “ Kata Bunda lemah dan menatap Oik , Oik yang
merasa diperhatikan balik menatap Nadya tanpa ekspresi , sementara Nadya yang
tadinya tersenyum-senyum , senyumnya memudar dan digantikan dengan ekspresi
tidak mengerti .
“Ma..maksud tante ? “
“Loh ? Cakka belum
ngasih tahu kamu ? Oik sama Cakka kan sudah menikah beberapa minggu yang lalu
Nad ? “ Bunda balik bertanya , Nadya hanya menggeleng lemah dan menatap Cakka ,
yang diperhatikan malah nyengir .
Semua energi yang Nadya
punya mendadak menghilang setelah mendengar berita ‘buruk’ itu . Dari dulu
Nadya memang mempunyai perasaan terhadap Cakka , meskipun itu perasaan yang
dimiliki anak-anak , tapi untuk Nadya , perasaannya untuk Cakka tak akan pernah
bisa digantikan oleh siapapun dan sampai sekarang perasaanya itu tak berubah .
“Hehe , maaf ya Nad ,
gue lupa ngasih tau lo . “ Suara Cakka menarik Nadya kembali pada realita.
Nadya hanya tersenyum simpul karena belum sepenuhnya bisa menerima kenyataan
dihadapannya .
“Yaudah , untuk
sementara Nadya mau tinggal dirumah ini sementara papa nya nyari rumah di
Jakarta . Bunda juga udah daftarin Nadya disekolah kalian . Jadi , usahain
kalian berangkat dan pulang bareng Nadya ya . Nadya kan belum hafal Jakarta . “
“oh ya ? lo sekolah di
SMA kita Nad ? wah seru nih ! “ Seru Cakka senang , Nadya hanya mengangguk
semangat dan melupakan problem
dihatinya .
“Kamu dikelas apa Nad ?
“ Tambah Oik mengikuti Obrolan
“Gak tau , gue gak ikut
survey tadi , Cuma tante Ida . “
Jawab Nadya dengan nada sedikit kesal
“Yaudah , Cakka kamu
tolong angkat koper Nadya didepan itu kekamar lama kamu . “
“Sipp , Bun ! “
***
Sudah seminggu sejak
kembalinya Nadya dalam kehidupan Cakka , sejak itu pula Oik merasa seperti
tersisihkan . Semua serba Nadya , mulai dari berangkat sekolah mereka harus
menjemput Nadya dirumah Besar . pulangnya , Nadya tidak mau langsung diantar
kerumah besar karena katanya disana sepi jadilah Nadya pulang kerumah Cakka dan
Oik . Sepanjang hari Cakka seperti terlena dengan masa kecilnya bersama Nadya ,
mereka akan menonton DVD kesukaan Nadya sewaktu kecil ‘Barbie series’ . Bahkan dengan antusiasnya Cakka bercerita kalau
sewaktu mereka kecil , panggilan sayang Cakka untuk Nadya adalah ‘Barbie’. Awalnya Oik memang dilibatkan
dalam percakapan , tapi lama kelamaan Cakka dan Nadya malah asik sendiri dan
mengacuhkan Oik . Dan masih banyak lagi rentetan kejadian yang mengharuskan Oik
untuk terus mengalah .
Dan kejadian yang
sangat membuat Oik merasa benar-benar di nomor dua kan oleh Cakka adalah ketika
Oik minta ditemani Cakka ke Gramedia sewaktu pulang sekolah untuk mencari buku
referensi tugasnya yang akan diserahkan besok,
tapi Nadya malah merengek minta ditemani ke Salon dan butik . Cakka yang
memang suka perawatan salon juga , akhirnya malah memilih menemani Nadya ke
salon dan butik .
“Sayang , temenin aku
mampir ke gramedia dulu ya , aku mau cari buku buat tugas referensi geografi
besok . “ Oik merubah posisi duduknya menghadap kearah Cakka yang sedang
menyetir .
“Okeee , kita puter
balik ya ! “ Melihat didepannya ada rambu lalulintas yang memperbolehkan
kendaraan memutar arah , Cakka mengubah laju juke nya menuju PIM . Sementara Nadya asik dengan ear phone nya terlihat tidak peduli
dengan perubahan arah laju itu .
Dalam perjalanan itu
Nadya melihat ada sebuah salon dan butik yang bersebelahan , bangunannya
terlihat elegant dan cukup menarik
perhatiannya . Nadya pun langsung
menghentakkan kakinya bergantian .
“Stop ! stop ! stop ! “
teriak Nadya dan menghasilkan gerak refleks dari Cakka , menginjak rem secara
mendadak .
“Aduh ! “ Kesal Oik
karena kaget dengan gerak refleks Cakka .
“Kenapa Nad ? “ Tanya
Cakka pada Nadya melalui spion tengah , mau tak mau Oik juga membalikkan
badannya melihat Nadya di jok belakang .
“Itu disana ! ada salon
sama butik , aku mau kesana . ya kka ya .... “ Rengek Nadya sambil menunjuk
sebuah bangunan yang berdiri elegant
itu dan tangan yang lainnya mengguncang-guncang bahu Cakka .
“Tapi kita mau ke ....
“ Belum sempat Oik melanjutkan kalimatnya , Nadya tiba-tiba menyerobot
“Aku udah lama gak ke
salon selama aku di Jakarta , waktu di Singapore aku sibuk sekolah gak ada yang
mau nemenin juga. “ Yang tadinya Nadya merengek seperti anak bayi dan membuat Cakka tidak tega .
Cakka menatap Oik
sekilas kemudian menatap Nadya yang masih menatap memohon pada Cakka dan belum
menurunkan tangannya dari bahu Cakka .
“Hmmmh , yaudah ...
yaudah , kita ke salon sama butik deeeh . “ Bujuk Cakka dan menghasilkan
tatapan melongo dari Oik .
Tanpa mempertimbangkan
persetujuan dari Oik , Cakka langsung memasuki pelataran parkir salon dan butik
yang bersebelahan tersebut . Oik jadi merasa semakin di anak tirikan , dia
hanya bisa pasrah dan menahan emosinya .
Keluar dari mobil ,
Nadya langsung menggandeng Cakka dan membimbingnya masuk ke sebuah salon yang
beridiri didepannya , lagi-lagi Oik melongo dan kemudian berjalan dibelakang
mereka dengan tampang Badmood .
Menyadari Oik berjalan agak jauh dengannya , Cakka kembali dan menarik Oik agar
berjalan beriringan dengannya .
“Ik , gakpapa ya kamu
ke gramedia nya setelah ini ? “ Tanya Cakka sewaktu langkah mereka beriringan ,
Nadya berjalan didepan mereka sambil mengamati desagin salon itu .
Oik hanya membalasnya
dengan senyuman yang dibuat-buat .
“gakpapa banget kok , Nadya kan emang no.1 buat kamu ! “ dumel Oik dalam hati
Sementara Cakka dan
Nadya melakukan perawatan rambut disalon ini , Oik duduk menunggu dengan
gelisah sambil membuka-buka halaman sebuah majalah dipangkuannya untuk membunuh
waktu . Berkali-kali Oik melihat arloji dipergelangan tangannya , berkali-kali
juga Oik harus menerima kalau jarum jam seperti tak pernah bergerak ! stuck di
angka 4 !
Akhirnya Oik memutuskan
untuk menelpon Sivia .
“Hallo Ik ? tumben-tumbenan lo nelpon gue ? ada angin apa nih ? “
Suara Sivia terdengar disebrang Telephone
“Gue bete ! “ jawab Oik lebih dari jutek
“Lah ? gue yang kena semprot ? bete kenapa sih ? “
“Sorry ! bayangin aja Vi ! tugas yang harus di
kumpulin besok sama Pak.Yudi itu gue sama sekali belum punya referensinya ! “
“Laah gampang ! sekarang lo tinggal ke gramedia atau
toko buku aja kan beres ! “
“Iyaaa Via ! tadinya gue emang mau ke Gramedia ,
tapi ?! you know lah si Nadya malah
minta dianter ke salon dan yang bikin gue tambah gedek , Cakka malah
ikut-ikutan perawatan disalon ! dan gue ?! kaya sopir yang nungguin majikannya
disalon tauk ! “
“Hahahah , sabarrr Ik . keterlaluan amat tuh si
Nadya . Yaudah lo tinggal pamit aja sama mereka , gue temenin deh ke gramedia
nya . “
“Beneran ?! tapi jemput gue dulu di salon ? apa yah
ni namanya ? pokonya salon yang sekitar PIM laah . “
“Oke tau gue , salon langganan nyokap juga tuh . Oke
20 menitan lagi gue sampe ya ! “
Setelah panggilan
terputus , Oik bangkit dari sofa merah maroon
yang dari 2 jam yang lalu setia menemani Oik dan menuju tempat perawatan rambut
mencari Cakka dan Nadya .
Tapi , ketika Oik
menemukan Cakka dan Nadya . Mereka sedang asyik ketawa-ketiwi membecirakan
entah apa karena jarak tempat Oik berdiri cukup jauh . Oik semakin dongkol melihatnya.
“Gue dari tadi bete-betean gak jelas ! mereka malah
asyik sendiri ! “ Dumel Oik dalam
hati dan mengurugkan niatnya untuk berpamitan dengan Cakka . Dengan langkah
gontai meninggalkan salon tersebut dan berjalan ketrotoar menunggu sivia datang
.
Bodoamat lah kalau dia nyariin gue ! emang yakin lo
bakal dicariin Ik ? hah ! NYEBELIN !
Oik bermonolog dengan pikirannya sendiri .
Beberapa menit kemudian
Jazz merah sivia berhenti tepat
didepan Oik , kemudian mereka berdua melaju menuju PIM .
***
Satu jam kemudian ..
Cakka dan Nadya selesai
dengan perawatan rambut mereka . Tapi ketika Cakka hendak membayar tagihan di lobby salon , dia tak melihat Oik disana
.
“Loh Nad ? Oik mana ? “
Tanya Caka tapi matanya berkeliling mencari sosok Oik .
“Gak tau . Telpon aja
.” Jawab Nadya santai
Menuruti Nadya , Cakka
langsung mengeluarkan BB nya dan mendial no
Oik .
Lama .. tak ada jawaban
. Tapi beberapa saat kemudian , 1 message masuk .
From : My.O
Aku pergi ke gramedia . kamu lanjutin aja acara kamu
sama Nadya !
To : My.O
Kok kamu nggak nunggu aku selesai ? kita kan bisa
pergi bareng ?
Tak sempat menunggu
jawaban dari Oik , Nadya langsung menarik Cakka menuju butik disebelah . Cakka
hanya bisa pasrah dan berharap Oik bisa mengerti .
Mengerti kalau dia
sedang asik bersama orang dimasalalu nya ? Mengerti kalau dia merindukan
masalalu nya ? atau mengerti bahwa perasaannya untuk Nadya yang tidak
terdefinisi ? Apapun itu , telah membuat hati Oik dongkol dan suatu saat pasti
akan meledak seperti bencana Gunung Merapi .
Sudah jam 7 malam tapi
Oik belum bisa di hubungi dan belum juga pulang . Setelah dari butik , Nadya
mengatakan kalau dia mau menginap di rumah Cakka dan Oik saja . Sementara Nadya
mandi memakai kamar mandi kamar Cakka dan Oik , Cakka sibuk menghubungi No Oik
yang belum juga aktif sampai-sampai putus asa harus berbuat apa lagi .
***
Sivia sedang berusaha
membujuk Oik agar menghubungi Cakka yang mungkin sedang mencari keberadaan Oik
. Tapi Oik enggan berkomentar . Mereka masih duduk di sudut coffee toffee yang sedikit ramai karena
ini jam nya anak muda mencari tempat tongkrongan .
“Ik.. ayolah telephone
Cakka . Dia pasti lagi bingung nyariin lo . “ mohon Via untuk kesekian kalinya
.
Oik menatap Sivia malas
“Gak yakin deh gue kalo
Cakka bakal nyariin Gue vi . “ jawab Oik putus asa
“duuh jangan negatif thinking gitu dulu laah . atau
nggak , gue anterin lo pulang ya Ik ? “
Oik menatap Sivia ,
terlihat ekspresi khawatir dan juga lelah di raut wajahnya . Melihatnya membuat
Oik jadi tidak tega harus merepotkan Sivia lagi . Akhirnya Oik mengangguk lemah
tanpa ekspresi . Sivia hanya tersenyum melihatnya .
***
Mendengar suara mesin
mobil diluar , Cakka bangkit dari sofa
malas nya dan menuju teras untuk melihat barangkali Oik yang pulang . Dan
ternyata benar saja ,Oik turun dari jazz merah . Melambaikan tangan pada
pengemudinya sebagai ucapan terimakasih . Cakka yang melihatnya daribalik pagar
jadi bertanya-tanya .
Siapa itu ?
Oik masuk dan melewati
pekarangan kecil rumah mereka . Cakka hanya menunggu sambil melipat kedua
tangannya diatas dada . Oik berjalan melewati Cakka dan mengacuhkannya , Cakka
jadi agak naik darah dengan tingkah Oik yang sudah membuatnya khawatir dan
ketika pulang malah berlagak seperti tak terjadi apa-apa bahkan mengacuhkannya
. Cakka pun berbalik mencegat Oik yang sudah berada diruang tamu , langkah Oik
pun terhenti dan mendongakkan kepalanya menatap Cakka .
“Aku Capek . “ Ucapnya
lemah
“Tadi itu siapa ? “
Tanya Cakka datar menghiraukan keluhan Oik
“kka ?! aku capek mau
istirahat ! “ Jawab Oik kesal dan hampir berlalu meninggalkan Cakka diruang
tamu karena Cakka mencengkal pergelangan tangan Oik .
“Aku tanya yang tadi
itu siapa ! “ bentak Cakka tidak sabar
Oik terperangah
mendengar Cakka membentaknya . Ini kali pertamanya Cakka membentaknya seperti
ini selama hubungannya dengan Cakka beberapa tahun yang lalu .
Oik tersenyum miris
lalu menjawabnya .
“kamu masih peduli sama
aku ? “ Oik balik bertanya dengan nada lemah terdengar hampir menangis .
Melihat Cakka bergeming dan hanya
menatapnya dengan penuh tanda tanya.
“Masih peduli ? “ Ulang
Oik dengan nada suara yang seperti akan menangis , melihat Cakka masih
bergeming Oik melepas paksa cengkraman Cakka dari tangannya dan berlalu
meninggalkan Cakka . Baru beberapa langkah meninggalkan ruangtamu , langkah Oik
kembali terhenti karena melihat sosok perempuan keluar dari kamarnya menggunakan
kemeja putih gombrong miliknya . Oik menatap Nadya yang berdiri tepat
dihadapannya dengan nanar . Kemudian Oik membalikan tubuhnya menatap Cakka
dibelakangnya yang sedang kebingungan . Air mata yang tadinya tertahan
dipelupuk matanya luruh bersaman ketika Cakka tiba-tiba berdiri dihadapannya .
“Aku bisa jelasin ... “
Cakka mencoba menggenggam kedua tangan Oik , tapi Oik menarik tangannya , malah
menatap Cakka dengan tatapan malas dan dengan langkah gontai memasuki kamarnya
.
Nadya yang tidak tahu
apa-apa hanya memperhatikan mereka berdua dengan tampang polos . Kemudian dia
menyadari bahwa keadaannya saat ini terlihat seperti telah terjadi ‘apa-apa’ ,
ditambah lagi dia sedang memakai baju Oik tanpa seizin pemiliknya . Sedikit
rasa bersalahpun muncul dalam benak Nadya , ditambah melihat raut wajah Cakka
yang sedikit frustasi rasa bersalah tambah menusuk dadanya .
Sebesar dan sedalam
apapun perasaan Nadya terhadap Cakka , tak bisa membantah keadaan yang kini
sudah berbeda , Cakka sudah milik orang lain seutuhnya. Cakka kini bukan aga kecilnya
dulu, aga berbeda dan aga kecilnya sudah tumbuh menjadi Cakka . Kini dia hanya
akan jadi orang ketiga jika memaksakan keinginan hatinya . Dengan langkah ragu
dan perasan bersalah , Nadya menghampiri Cakka yang terpaku didepan pintu kamar
yang tadi di tutup Oik .
“kka ? “
Cakka menoleh dengan
tatapan sayu .
“Maaf ya Nad , lo gak
seharusnya lihat kejadian ini . “
Nadya cepat-cepat
menggeleng .
“Nggak .. nggak kka .
ini salah aku , aku yang harusnya minta maaf . “
“Aku mau kerumah tante
ida aja kka , kayanya keberadaan aku nggak tepat disini .”
“yakin lu ? “
Nadya mengangguk mantap.
Cakka tersenyum dan
mengacak rambut Nadya yang masih setengah basah .
***
Hari ini sudah sangat
cukup menguras kesabaran Oik , dia butuh sesuatu yang membuatnya tenang dan
sedikit melupakan kedongkolan hatinya .
Setelah menyimpan buku
yang tadi ia beli , Oik memasuki kamar mandi dan mengisi penuh bath up nya dengan air hangat ,
menyalakan dua buah lilin aroma terapi disudut bath up , dan memasukan cairan putih kental kedalam bath up yang sudah terisi penuh Kemudian
oik berbaring didalam bath up yang
penuh busa . Aroma Lavender menyeruak kedalam hidungnya dan memenuhi ruangan
,membuat hati dan fikirannya kembali damai .